Hikmah Puasa Hari Ke 27, Puncak Kesadaran Manusia

Jadi, sifat ‘Ilmun dengan ‘Alîmun sama dengan sifat Irãdatun dengan Murîdun. ‘Ilmun dan Irãdatun adalah sifat wajib bagi Allah SWT yang dikategorikan sebagai sifat Ma’ani. Sifat Ma’ani adalah sifat yang berhubungan dengan perbuatan dan kehendak Allah SWT (Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, Sama’, Bashar, dan Kalam). Sedangkan yang berkaitan dengan sifat Ma’ani adalah sifat Ma’nawiyyah. Diantara sifat-sifat Allah SWT yang kategorikan sebagai sifat Ma’nawiyyah adalah Qadiran, Muridan, Aliman, Hayyan, Sami’an, Bashiran, dan Mutakalliman.
Jika kita beberkan definisi ilmu menurut para filosof, sungguh sangat beraneka macam. Namun setidaknya, kita bisa kerucutkan bahwa ilmu adalah kebenaran hakiki yang dimunculkan melalui pembuktian-pembuktian ilmiah. Kata kuncinya adalah “Kebenaran”.
Dalam pandangan Islam, kebenaran adalah Haq, adalah Tuhan. Seseorang yang memahami kebenaran, sebenarnya sudah melakukan suatu proses untuk mengenal Tuhan.
“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu”. (QS. Al-Baqarah [2]: 147)??
Sedari kecil hingga dewasanya, manusia belajar dan diajarkan tentang kebenaran, dari yang paling mudah dan sederhana hingga yang paling sulit dan rumit.
Agama Islam mengajarkan bahwa manusia diperintahkan untuk menuntut ilmu dari buaian ibu sampai ke liang lahat.
“Hendaklah kalian mencari ilmu dari buaian ibu hingga ke liang lahad”
Dalam spektrum perjalanan hidup manusia, menuntut ilmu bermakna meniti perjalanan menuju Allah. Karena yang dituju itu adalah Allah SWT, maka seluruh tata cara, fasilitas-fasillitas dan metode-metodenya harus didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang diatur oleh Allah SWT.
Sandaran perjalanannya adalah Allah SWT. Bersandar kepada Allah dalam perjalanan menuju Allah adalah sebuah kesempurnaan proses. Allah itu ash-Shamad (yang Maha Sempurna dan bergantung kepada-Nya segala sesuatu).
Tiada satu makhlukpun termasuk manusia yang mampu menyamai kesempurnaan-Nya. Ilmu sebagai sifat Allah SWT adalah sebuah kesempurnaan akan kebenaran sejati.
Kesempurnaannya itu juga bersifat rinci, detil, dan tak ada setitikpun yang luput dari Ilmu-Nya. Keluasannya juga tak bertepi, meliputi segala macam keanekaragaman ciptaan di dunia dan di akhirat.
Qul law kãnal bahru midãdal likalimãti rabbî lanafidal bahru qabla an tanfada kalimãtu rabbî walau ji’nã bimitslihî madadã “Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”. (QS. Al-Kahfi [18]: 109)
Kemudian Allah SWT menganugerahkan sedikit dari nur ilmu-Nya kepada manusia, wamã ûtîtum minal ’ilmi illã qalîlã (“tidaklah Aku berikan ilmu kepada kalian kecuali hanyalah sedikit”). Sehingga pengetahuan dan ilmu yang dimiliki oleh manusia itu sangat terbatas, ibarat hanya satu titik debu dibandingkan dengan ilmu Allah.
Read more info "Hikmah Puasa Hari Ke 27, Puncak Kesadaran Manusia" on the next page :
Editor :Husnul Qotimah